Ketika seseorang telah berada di satu titik, setelah berjalan jauh, kemudian dia kembali menoleh ke belakang, hanya sekedar untuk nostalgia atau untuk mengenang.
Lalu dia melihat jejak kakinya sendiri. Menjadi berpikir. Dia telah berada di sini. Perjalanan jauh di belakang sana. Waktu yang cukup lama. Dia telah menua. dan masih akan menua. Begitu banyak lompatan, langkah kecil, langkah yang ragu-ragu. DIa berhasil melewati itu semua.
Kini, dia berdiri di titik ini. Mulai meragukan apa ia ingin di sini. Tidak. Jawabannya Tidak. Dia ingin berada di tempat lain. Hatinya selama ini berpura-pura. Otaknya selalu mencari alasan untuk bertahan. Tapi yang sebenarnya ia ingin sekali berlari. Ke seseorang di sana. Dan menangis sejadi-jadinya.
Logika itu tidak mempan lagi menahan gundahnya. Banyak sekali yang ia rindukan. Tiba-tiba saja, segala yang ia miliki sekarang menjadi tidak berarti.
Dia kini tersangkut dalam situasi ini. Dalam moment ini dan tidak bisa keluar. Dia tidak mau berkata lain kali akan lebih baik. Dia sangat tersangkut dalam moment ini dan tidak bisa keluar.
Kata-kata
Selasa, 17 November 2015
Senin, 22 Juli 2013
Rambut Baru
Malam minggu kemarin,
Di tengah-tengah aktivitas saya yang lumayan padat (tapi boong), setiap weekend saya selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah. Seperti week end kemarin, jumat hampir tengah malam setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya saya sampai di rumah. Tidak lupa juga saya pastinya membuat repot mamah karna saya minta jemput di pool travel (hehe). Sampai di rumah, tidak ada benda lain yang saya cari selain kasur. Cerita pada hari itu pun berakhir sudah.
Keesokannya, rencana kegiatan saya hanya satu: potong rambut. Agenda itu sudah hampir sebulan tertunda-tunda karena ada kegiatan lain yang lebih penting yaitu: tidur. Dikarenakan intensitas rontok rambut saya yang sudah di luar logika akhirnya tidur jadi tidak penting lagi. Alhasil pagi-pagi saya sudah siap-siap untuk berangkat ke salon, tentunya saya selalu ingat untuk merepotkan alias minta anter mamah saya. Dan saya pun berangkat ke salon dengan mamah.
Di salon...
Niat saya cuman mau potong sedikit. Sedikit saja. Paling lima senti lah. Seperti itulah yang saya sampaikan sama pekerja salon yang akan memotong rambut saya.
"lima senti segini ya mbak" kata pekerja itu sambil memperlihatkan panjang rambut yang akan di potong
Saya pikir-pikir kayaknya kurang deh
"tujuh sentian aja deh bu"
"segini?"
"emmm agak panjangan lagi bu"
"segini?"
"emmmm tambahin lagi aja deh bu, biar agak bawah dari bahu sedikit"
"ohh segini?"
"jangan terlalu pendek juga bu"
"ya kalo segini gimana?"
"emmm,,,,???%##$%^%$##"
.......
Ujung-ujungnya setelah agak lama menimbang-nimbang,
"Jadi mau segimana mbak dipotongnya?"
"ahh bingung saya bu, saya krimbat aja deh... gak jadi potong rambut"
"wadde$#@#$$%^&&^%$#!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Hahahah tentunya ngga gitu kejadian aslinya. Ujung-ujungnya ya saya tetep menjalankan rencana awal. Berlandaskan aba-aba dari saya, Si ibu tukang potong rambut mengeksekusi rambut saya. Dan saya baru sadar, ketika gunting ibu tukang potong rambut berhenti menari nari di kepala saya, saya bercermin, menilai kerapihan hasil karya si ibu. Tapi bukan kerapihan atau model rambut baru yang jadi perhatian saya, melainkan: loh loh loh kok jadinya rambut saya pendek begini ya?? (tepok jidat).
Yak untungnya walaupun panjang rambut saya bekurang sangat drastis, masih ada sisa-sisa rambut yang bisa di cepol. Jadi kalau dikerudung orang-orang ngga akan beranggapan kalau saya botak. fiuh. Syukur deh..
Di tengah-tengah aktivitas saya yang lumayan padat (tapi boong), setiap weekend saya selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah. Seperti week end kemarin, jumat hampir tengah malam setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya saya sampai di rumah. Tidak lupa juga saya pastinya membuat repot mamah karna saya minta jemput di pool travel (hehe). Sampai di rumah, tidak ada benda lain yang saya cari selain kasur. Cerita pada hari itu pun berakhir sudah.
Keesokannya, rencana kegiatan saya hanya satu: potong rambut. Agenda itu sudah hampir sebulan tertunda-tunda karena ada kegiatan lain yang lebih penting yaitu: tidur. Dikarenakan intensitas rontok rambut saya yang sudah di luar logika akhirnya tidur jadi tidak penting lagi. Alhasil pagi-pagi saya sudah siap-siap untuk berangkat ke salon, tentunya saya selalu ingat untuk merepotkan alias minta anter mamah saya. Dan saya pun berangkat ke salon dengan mamah.
Di salon...
Niat saya cuman mau potong sedikit. Sedikit saja. Paling lima senti lah. Seperti itulah yang saya sampaikan sama pekerja salon yang akan memotong rambut saya.
"lima senti segini ya mbak" kata pekerja itu sambil memperlihatkan panjang rambut yang akan di potong
Saya pikir-pikir kayaknya kurang deh
"tujuh sentian aja deh bu"
"segini?"
"emmm agak panjangan lagi bu"
"segini?"
"emmmm tambahin lagi aja deh bu, biar agak bawah dari bahu sedikit"
"ohh segini?"
"jangan terlalu pendek juga bu"
"ya kalo segini gimana?"
"emmm,,,,???%##$%^%$##"
.......
Ujung-ujungnya setelah agak lama menimbang-nimbang,
"Jadi mau segimana mbak dipotongnya?"
"ahh bingung saya bu, saya krimbat aja deh... gak jadi potong rambut"
"wadde$#@#$$%^&&^%$#!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Hahahah tentunya ngga gitu kejadian aslinya. Ujung-ujungnya ya saya tetep menjalankan rencana awal. Berlandaskan aba-aba dari saya, Si ibu tukang potong rambut mengeksekusi rambut saya. Dan saya baru sadar, ketika gunting ibu tukang potong rambut berhenti menari nari di kepala saya, saya bercermin, menilai kerapihan hasil karya si ibu. Tapi bukan kerapihan atau model rambut baru yang jadi perhatian saya, melainkan: loh loh loh kok jadinya rambut saya pendek begini ya?? (tepok jidat).
Yak untungnya walaupun panjang rambut saya bekurang sangat drastis, masih ada sisa-sisa rambut yang bisa di cepol. Jadi kalau dikerudung orang-orang ngga akan beranggapan kalau saya botak. fiuh. Syukur deh..
Jumat, 19 Juli 2013
Si Bos
Part one
Sekarang-sekarang ini...
Kerjaan saya lumayan santai (dibaca: gabut). Yah. Maklumlah
nasib trainee. Tapi biar gimana juga saya tetep hepi. Hepi karena masih punya
banyak waktu buat santai-santai ngeblog tanpa khawatir kerjaan jadi numpuk (karena
memang saya belum ada kerjaan heee). Selain itu saya juga hepi karena kantor
tempat saya menimba ilmu sekarang lokasinya sangat terjangkau dari kota tempat
rumah tinggal saya berada yaitu bandung, jadi masih memungkinkan bagi saya
untuk pulang tiap weekend dan menikmati sahur plus buka puasa bareng mamah,
papih, adik, dan ponakan. Selain itu yang paling bikin saya hepi adalah karena di kantor
tempat saya menimba ilmu penghuninya lagi-lagi ajaib. Ajaib dalam konotasi
positif lhooo.
Seperti manusia yang satu ini nih, yang hobi banget minta
bantuan (dibaca: nyuruh-nyuruh) saya buat ngerjain tugasnya. Secara struktural
dia bukan atasan saya, hanya teman kantor. Walau begitu, saya tetap bantuin dia
nyelesein tugasnya, itung-itung saya belajar juga. Lumayan daripada saya
kesurupan gara-gara ngelamun seharian.
Jadi inget pertama kali saya dapet tugas dari si ‘Bos’.
Waktu itu saya disuruh input data ke sistem.
Dalam pikiran saya: ahhhhh citek...
- Data yang diinput adalah data keuangan yang isinya angka semua
- Ada kira-kira lebih dari 7 tahap peng-inputan
- Karena saya masih trainee saya belum punya komputer yang terinstal sofware aplikasi, jadi untuk input data ke sistem saya mesti pindah pindah ke kubik satu dan kubik yang lain, cari-cari mana kubik yang lagi ditinggal penghuninya.
- Eeeh si sistem koneksinya selow banget.
- Diperparah lagi, saya salah masuk menu
- Diperparah lagi gara-gara salah masuk menu, data awal tidak mau keluar
- Diperparah lagi saya malah bego ngulik begituan ampe lamaaaaaaaa banget.
- Saya tanya sama si bos. Eeeeeeehhh si bos ikut bingung.
Lalu karena stuck saya tinggalin deh tu kerjaan ampe dua
hari.
Akan tetapi si bos menghantui saya terus, kayak roh
penasaran. Ujung-ujungnya, saya kasian juga kerjaannya bos ga beres-beres karna
saya belum input data, ya udah deh saya lanjutin kerjaanya. Waktu itu saya
belum sadar kesalahannya ada pada saya yang salah masuk menu. Saya kira itu
sistemnya aja eror. Lalu akhirnya dengan segenap perjuangan yang teramat gigih
saya bisa menemukan menu input yang benar.
Horeeeeee...
Rasanya kayak baru menang undian.
Akhirnya saya lanjutin input data sampe selesei. Tugas
pertama finish!!
Part two
Setelah lama ga kasih kerjaan, akhirnya si bos kasih kerjaan
kedua buat saya. Kerjaannya adalah....
Jengjeng..
Nyusun laporan keuangan.
Dalam pikiran saya: sikaaaaaaaaaaaat!
Untuk menebus dosa saya karena sudah membuat kerjaannya yang
pertama tertunda sampai dua hari, saya sampai niat untuk mengerjakan laporan
keuangan itu di kostan biar laporannya cepet selesai. Di kostan, walaupun
ngantuk, saya kuat-kuatin mantengin laptop, nyalin angka-angka ke dalem tabel excel
sampe mata saya hampir jereng. Ini semuanya demi si bos. Bos... bos... naikin
uang saku saya dooong..
Alhasil keesokannya saya bisa santai-santai, karena laporan
keuangannya 50 % sudah beres. Cakep. Tinggal nunggu data dari si bos buat
lanjutin.
Dan data pun datang. Dengan semangat 45 saya lanjutin nyusun
laporan keuangan. Ga lama kemudian si laptop mati gara-gara abis batere. Yah,
kalo gitu saya mesti cari colokan dan eehh colokannya penuh. Yaaa gimana lagi,
apa daya. Akhirnya saya tinggal deh tu laporan keuangan dan beralih bantuin
teman saya yang sedang kebingungan ngolah data.
Lagi asik-asik ngolah data, tiba-tiba bb bunyi. Saya lihat
ternyata ada BBM dari si bos. Yang isinya, baris pertama dia manggil nama saya,
baris kedua ping, baris ketiga ping. Waaaah ada apa nih. Urgent kayaknya
Buru-buru saya bales bbmnya. ado apo?
Gak lama si bos bales. pak
manajer minta laporan keuangannya sore ini bisa gak?
Lalu saya bales BBMnya. Insya
Allah. Semoga Allah menghendaki
Lalu si bos bales lagi. Gk
slesai gw cium luu.
Dalam pikiran saya: @#$&^%$^#^&^%(&%$#@???...
Colokan kosong pleaseeeeeeeeee!!!!!!!!!!
Cheers.
Di tempat saya menimba ilmu disertai beberapa insiden dengan para manusia kepo.
Selasa, 16 Juli 2013
Entah kenapa kita jadi SELALU ngebahas itu...
Tau apa yang selalu dibicarakan wanita ketika mereka berkumpul? Jawabannya bisa apa saja. Tapi ada satu bahasan yang hampir selalu saya dan teman-teman saya obrolin ketika lagi ngumpul. Awalnya saya tidak pernah sadar, sampai ada teman saya yang lain berkomentar mengenai hal itu.
Jadi apa yang saya dan teman-teman bicarakan?
Jawabannya sangat konyol. Yang kita bicarakan adalah 'cowo'. hahaha. Tapi jangan salah sangka. Kita bukan ABG lhoo. Jadi yang kita bahas bukan kakak kelas cool berambut keren yang jago main basket. Jelas topik yang kita bahas jauh lebih 'mature'. Walaupun memang usia kita masih sekitar 17an (Nyilang jari).
Cowo yang kita bicarakan pastinya pacar-pacar kita sendiri (plus selingkuhan kalo ada). Every time we get together in all kind of situation, our boyfriend is at the top of our mind to be talking about. Dan Kalopun itu bukan tentang pacar-pacar kita, pasti bahasannya gak akan pernah jauh-jauh melenceng dari cowo, which is, We talk about our dream husband. Yes. our dream husband. Saya jadi bertanya-tanya sendiri, apa obrolan macam gini wajar buat saya dan teman teman saya??
Hemmmmm... intinya sih, Emang pada ngebet pingin dikawin aja kayaknya.. (tepok jidat)
Di setiap pertemuan selalu ada babak baru dari cerita cinta masing-masing kita.. oh ya, sampai lupa. Kita itu siapa ya? kita itu terdiri dari saya dan tiga teman saya. Jadi bayangkan di setiap kita lagi bareng, lagi makan siang, lagi di kostan, atau lagi apapun itu, selalu ada 4 cerita bersambung yang penuh warna dan lika liku (eits)
Dan dari cerita bersambung itulah lahir sebuah kalimat yang cukup membuat saya merenung. Merenung, karena tidak menyangka kata-kata sedalam itu bisa terlontar dari mulut saya dan mulut teman saya. Jadi ceritanya, sekitar lebih dari dua bulan yang lalu, di sabtu siang yang sangat malas, karena tidak menemukan kerjaan yang bisa dikerjakan dan makanan yang bisa dimakan. saya dan teman saya berinisiatif untuk mengunjungi mall terdekat dari kostan.
Maka dari itu dengan sigapnya saya dan teman saya segera bersih-bersih, ganti baju, dan cus menuju halte busway. Ini yang paling asik dari busway di hari sabtu siang, sepi dan ga ngantri. Beda banget sama jam-jam pulang kantor. Di dalem busway saya dan teman saya hanya membicarakan tentang menu makan siang, cuaca yang mendung, nyerempet sedikit ke kerjaan, intinya belum ada bahas-bahas soal cowo atau sejenisnya. Yah ini rekor, akhirnya pertama kalinya kita bisa menendang keluar bahasan tentang cowo dalam pikiran kita.
Lalu akhirnya sampai di shelter busway tujuan. Pas di sebrang mall. Di perjalanan menuju mall, ga ada obrolan yang penting untuk diceritain, karena memang kita ga ngobrol apa-apa. Lalu kemudian kita sampai di pintu mall dan melangkah masuk.
Seperti biasa, yang namanya cewek, kalo ke mall, walau tujuan cuman mau cari makan, pasti mampir kanan-kiri dulu. Objek utamanya sudah pasti kalo ga toko tas ya toko sepatu. Dan hasil dari mampir kanan kiri itu pun sudah pasti: saya dan teman saya berjalan keluar toko sambil ngelus dada. 'Sabar-sabar.. tunggu sampe gajian...' huhhhhh... dan ujung-ujungnya ketika gajian, sudah pasti barang yang dibelinya justru barang yang lain-lain. Rrrrrhhhh.. dan setelah barangnya kebeli baru sadar, barang itu bahkan ga ada dalam daftar belanja. Why shopping list never work for us (girl)? why???
Okelah... setelah selesai lihat sana-sini dengan ga beli apa-apa. Kita jalan ke Food court yang kebetulah baru kali itu kita makan di situ. yah.. menu makanannya banyak, mulai asian sampai europan. yak, inilah alternatif untuk menyalurkan nafsu belanja yang tidak kesampaian: makan sebanyak mungkin. Yaaa sebenernya emang kita kelaparan aja siii...
Jadi kita pun makan, saya makan satu mangkuk besar tomyam dan teman saya makan nasi hainan. Ketika makan, yang kita bicarakan hanya komentar tentang makanan masing-masing. Lalu kemudian ehhh teman saya itu bahas pacarnya. Baiklah dan pembahasan pun dimulai...
Teman saya mulai bercerita tentang hobinya dan sang pacar untuk berwisata kuliner. Sayangnya, hampir 90 % tempat makan yang teman saya sebutkan saya tidak tahu (malu deh). Jadi, yang saya bisa lakukan ketika mendengar ceritanya adalah berkata:
oh ya?
waaa
emmm
Makanan habis, cerita masih bersambung. Saya dan teman saya angkat kaki ke tempat selanjutnya, masih tempat makan atau cemal cemil lebih tepatnya. Disanalah tempat lahirnya kalimat menakjubkan yang sampai saat ini masih berputar-putar dalam pikiran saya.
Saya dan teman saya duduk di sebuah sofa empuk dengan meja bundar kecil yang di atasnya terdapat segelas youghart putih yang dikelilingi taburan cookies, cocholate chip, dan agar yang warna-warni. Waktu itu sudah jam dua lewat. Suasana siang mendung dan hampir hujan. Cerita bersambung di mulai lagi.
Kali ini ceritanya bukan seputar kuliner lagi. Teman saya mulai membahas hal-hal rumit dalam hubungannya dengan sang pacar. Masalah ideologi dan persepsi. Dia menjelaskan bagaimana ia tidak suka sang pacar dengan ideologinya. Bagaimana dua pikiran yang amat berbeda itu bisa sampai menganggu ketahanan sebuah hubungan. Bagaimana ketahanan hubungan teman saya dan pacarnya saat itu tergoncang, karena perbedaan persepsi masing-masing dalam memandang satu hal.
Bahasan semakin menarik.
Soal menyatukan dua pikiran yang berbeda. Ketika dua persepsi sudah saling bertolak belakang, akan muncul anggapan: kita berbeda dan saya tidak butuh kamu lagi. Dan di saat itu hubungan bisa berakhir.
Saya tidak butuh kamu lagi. Dari kalimat itulah muncul pemikiran-pemikiran saya dan teman saya mengenai suatu hubungan.
Beberapa orang beranggapan hubungan akan bertahan karena berlandaskan rasa sayang yang dari rasa sayang itu muncul rasa saling membutuhkan satu sama lain. So the lover will stick together no matter what happens. Tapi apa jadinya jika suatu saat lingkaran saling membutuhkan itu putus? Ya? really... women these day are so independent and strong. Some don't even need a man to afford their life. That even make some of them decide to never have one serious relationship with man. Independent women. That's one reason it's so easily for woman to walk out of some man's life if things just feel don't going on so well for her.
See? Rasa saling butuh itu sudah gak berlaku lagi untuk para perempuan modern yang mandiri. Jadi, apa inti dari menjalani suatu hubungan? di siang menjelang sore hari itu, obrolan rumit dan panjang saya dan teman saya akhirnya berujung pada satu kesimpulan.
Hubungan yang terjalin dikarenakan saling membutuhkan satu sama lain, itu sudah biasa. Yang luar biasa adalah, ketika kamu memiliki kekuatan dan kemampuan untuk hidup tanpa dirinya tapi kamu lebih memilih untuk menjalani hari dengannya, menghabiskan waktu dengannya, menjadi pacarnya, terlebih lagi pasangan hidupnya, mendengarkan semua ocehannya, berargumen dengan semua alasan-alasan bodohnya, Lucu.. Kamu lakukan semua itu karena kamu menyukainya dan kamu menikmatinya.
Cheers.
Di suatu cafe di sabtu siang yang aneh yang entah kenapa kita jadi SELALU ngebahas itu.
Thank's for the sharing girl!!
Jadi apa yang saya dan teman-teman bicarakan?
Jawabannya sangat konyol. Yang kita bicarakan adalah 'cowo'. hahaha. Tapi jangan salah sangka. Kita bukan ABG lhoo. Jadi yang kita bahas bukan kakak kelas cool berambut keren yang jago main basket. Jelas topik yang kita bahas jauh lebih 'mature'. Walaupun memang usia kita masih sekitar 17an (Nyilang jari).
Cowo yang kita bicarakan pastinya pacar-pacar kita sendiri (plus selingkuhan kalo ada). Every time we get together in all kind of situation, our boyfriend is at the top of our mind to be talking about. Dan Kalopun itu bukan tentang pacar-pacar kita, pasti bahasannya gak akan pernah jauh-jauh melenceng dari cowo, which is, We talk about our dream husband. Yes. our dream husband. Saya jadi bertanya-tanya sendiri, apa obrolan macam gini wajar buat saya dan teman teman saya??
Hemmmmm... intinya sih, Emang pada ngebet pingin dikawin aja kayaknya.. (tepok jidat)
Di setiap pertemuan selalu ada babak baru dari cerita cinta masing-masing kita.. oh ya, sampai lupa. Kita itu siapa ya? kita itu terdiri dari saya dan tiga teman saya. Jadi bayangkan di setiap kita lagi bareng, lagi makan siang, lagi di kostan, atau lagi apapun itu, selalu ada 4 cerita bersambung yang penuh warna dan lika liku (eits)
Dan dari cerita bersambung itulah lahir sebuah kalimat yang cukup membuat saya merenung. Merenung, karena tidak menyangka kata-kata sedalam itu bisa terlontar dari mulut saya dan mulut teman saya. Jadi ceritanya, sekitar lebih dari dua bulan yang lalu, di sabtu siang yang sangat malas, karena tidak menemukan kerjaan yang bisa dikerjakan dan makanan yang bisa dimakan. saya dan teman saya berinisiatif untuk mengunjungi mall terdekat dari kostan.
Maka dari itu dengan sigapnya saya dan teman saya segera bersih-bersih, ganti baju, dan cus menuju halte busway. Ini yang paling asik dari busway di hari sabtu siang, sepi dan ga ngantri. Beda banget sama jam-jam pulang kantor. Di dalem busway saya dan teman saya hanya membicarakan tentang menu makan siang, cuaca yang mendung, nyerempet sedikit ke kerjaan, intinya belum ada bahas-bahas soal cowo atau sejenisnya. Yah ini rekor, akhirnya pertama kalinya kita bisa menendang keluar bahasan tentang cowo dalam pikiran kita.
Lalu akhirnya sampai di shelter busway tujuan. Pas di sebrang mall. Di perjalanan menuju mall, ga ada obrolan yang penting untuk diceritain, karena memang kita ga ngobrol apa-apa. Lalu kemudian kita sampai di pintu mall dan melangkah masuk.
Seperti biasa, yang namanya cewek, kalo ke mall, walau tujuan cuman mau cari makan, pasti mampir kanan-kiri dulu. Objek utamanya sudah pasti kalo ga toko tas ya toko sepatu. Dan hasil dari mampir kanan kiri itu pun sudah pasti: saya dan teman saya berjalan keluar toko sambil ngelus dada. 'Sabar-sabar.. tunggu sampe gajian...' huhhhhh... dan ujung-ujungnya ketika gajian, sudah pasti barang yang dibelinya justru barang yang lain-lain. Rrrrrhhhh.. dan setelah barangnya kebeli baru sadar, barang itu bahkan ga ada dalam daftar belanja. Why shopping list never work for us (girl)? why???
Okelah... setelah selesai lihat sana-sini dengan ga beli apa-apa. Kita jalan ke Food court yang kebetulah baru kali itu kita makan di situ. yah.. menu makanannya banyak, mulai asian sampai europan. yak, inilah alternatif untuk menyalurkan nafsu belanja yang tidak kesampaian: makan sebanyak mungkin. Yaaa sebenernya emang kita kelaparan aja siii...
Jadi kita pun makan, saya makan satu mangkuk besar tomyam dan teman saya makan nasi hainan. Ketika makan, yang kita bicarakan hanya komentar tentang makanan masing-masing. Lalu kemudian ehhh teman saya itu bahas pacarnya. Baiklah dan pembahasan pun dimulai...
Teman saya mulai bercerita tentang hobinya dan sang pacar untuk berwisata kuliner. Sayangnya, hampir 90 % tempat makan yang teman saya sebutkan saya tidak tahu (malu deh). Jadi, yang saya bisa lakukan ketika mendengar ceritanya adalah berkata:
oh ya?
waaa
emmm
Makanan habis, cerita masih bersambung. Saya dan teman saya angkat kaki ke tempat selanjutnya, masih tempat makan atau cemal cemil lebih tepatnya. Disanalah tempat lahirnya kalimat menakjubkan yang sampai saat ini masih berputar-putar dalam pikiran saya.
Saya dan teman saya duduk di sebuah sofa empuk dengan meja bundar kecil yang di atasnya terdapat segelas youghart putih yang dikelilingi taburan cookies, cocholate chip, dan agar yang warna-warni. Waktu itu sudah jam dua lewat. Suasana siang mendung dan hampir hujan. Cerita bersambung di mulai lagi.
Kali ini ceritanya bukan seputar kuliner lagi. Teman saya mulai membahas hal-hal rumit dalam hubungannya dengan sang pacar. Masalah ideologi dan persepsi. Dia menjelaskan bagaimana ia tidak suka sang pacar dengan ideologinya. Bagaimana dua pikiran yang amat berbeda itu bisa sampai menganggu ketahanan sebuah hubungan. Bagaimana ketahanan hubungan teman saya dan pacarnya saat itu tergoncang, karena perbedaan persepsi masing-masing dalam memandang satu hal.
Bahasan semakin menarik.
Soal menyatukan dua pikiran yang berbeda. Ketika dua persepsi sudah saling bertolak belakang, akan muncul anggapan: kita berbeda dan saya tidak butuh kamu lagi. Dan di saat itu hubungan bisa berakhir.
Saya tidak butuh kamu lagi. Dari kalimat itulah muncul pemikiran-pemikiran saya dan teman saya mengenai suatu hubungan.
Beberapa orang beranggapan hubungan akan bertahan karena berlandaskan rasa sayang yang dari rasa sayang itu muncul rasa saling membutuhkan satu sama lain. So the lover will stick together no matter what happens. Tapi apa jadinya jika suatu saat lingkaran saling membutuhkan itu putus? Ya? really... women these day are so independent and strong. Some don't even need a man to afford their life. That even make some of them decide to never have one serious relationship with man. Independent women. That's one reason it's so easily for woman to walk out of some man's life if things just feel don't going on so well for her.
See? Rasa saling butuh itu sudah gak berlaku lagi untuk para perempuan modern yang mandiri. Jadi, apa inti dari menjalani suatu hubungan? di siang menjelang sore hari itu, obrolan rumit dan panjang saya dan teman saya akhirnya berujung pada satu kesimpulan.
Hubungan yang terjalin dikarenakan saling membutuhkan satu sama lain, itu sudah biasa. Yang luar biasa adalah, ketika kamu memiliki kekuatan dan kemampuan untuk hidup tanpa dirinya tapi kamu lebih memilih untuk menjalani hari dengannya, menghabiskan waktu dengannya, menjadi pacarnya, terlebih lagi pasangan hidupnya, mendengarkan semua ocehannya, berargumen dengan semua alasan-alasan bodohnya, Lucu.. Kamu lakukan semua itu karena kamu menyukainya dan kamu menikmatinya.
Cheers.
Di suatu cafe di sabtu siang yang aneh yang entah kenapa kita jadi SELALU ngebahas itu.
Thank's for the sharing girl!!
Senin, 03 Juni 2013
Doa
Ya Rabb,
Engkau yang maha tau,
Engkau yang maha lihat
Tanpa aku lontarkan, tentu Engkau tau maksud dalam hatiku
Bahkan pasti engkau lebih tau
Apa mungkin maksud hati ini salah bagimu?
Apa mungkin pikiran ini masih keliru?
Atau apa mungkin baik menurutku adalah salah bagimu?
Ya Allah,
Segera tunjukkan padaku apa yang baik bagiku
Buatlah nyata bagiku perbedaan antara yang benar dan salah
Jangan biarkan diri ini terlalu lama salah sangka
Lindungilah hati kecil ini dari bisik-bisik menyesatkan
Aku hanya menunggu petunjuk dariMu
Jangan butakan aku ketika Engkau datang padaku
Dan jangan pernah Engkau pergi terlalu jauh
Tetaplah di sini Ya Rabb,
Aku selalu butuh pertolonganMu
Engkau yang maha tau,
Engkau yang maha lihat
Tanpa aku lontarkan, tentu Engkau tau maksud dalam hatiku
Bahkan pasti engkau lebih tau
Apa mungkin maksud hati ini salah bagimu?
Apa mungkin pikiran ini masih keliru?
Atau apa mungkin baik menurutku adalah salah bagimu?
Ya Allah,
Segera tunjukkan padaku apa yang baik bagiku
Buatlah nyata bagiku perbedaan antara yang benar dan salah
Jangan biarkan diri ini terlalu lama salah sangka
Lindungilah hati kecil ini dari bisik-bisik menyesatkan
Aku hanya menunggu petunjuk dariMu
Jangan butakan aku ketika Engkau datang padaku
Dan jangan pernah Engkau pergi terlalu jauh
Tetaplah di sini Ya Rabb,
Aku selalu butuh pertolonganMu
Senin, 27 Mei 2013
Diamlah! Tunggu dan Dengar
Diamlah!
Mendiamkan diri saat banyak sekali kata yang ingin diucapkan.
Mendiamkan diri saat banyak sekali yang mesti dikoreksi, saat berbeda pendapat, saat merasa benar.
Sulit? ya pasti sulit
Tapi diam itu emas
Walau banyak yang salah mengartikan
Diam itu artinya tidak tahu, tidak mengerti, atau tidak tertarik
Padahal ketika diam adalah saat
untuk...
Tunggu,
Menunggu hingga benar selesai apa yang ingin disampaikan
Menunggu hinga benar jelas duduk perkara suatu persoalan
Menunggu sembari menyusun kata-kata yang akan dilontarkan,
terlebih lagi saat menunggu kita bisa
Dengar
Dengarlah kata perkata yang terucap
Dengarlah dengan itu kita telah membuka hati kita
Dengarlah dengan itu kita telah menyimak
Dengarlah dengan itu kita mengerti dan memahami
Dengarlah dengan itu kita terhidar dari salah paham
Karna itu, jangan buang waktu, tenaga, dan pikiran dengan berbicara tanpa henti
Karna itu, hanya kata-kata yang berkualitaslah yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
Karna itu, lebih banyak mereka yang terjebak justru pada kuantitas kata-kata namun semuanya tanpa makna
Karna itu, mulailah dari sekarang untuk
Diam, Tunggu, dan Dengar
AI
Mendiamkan diri saat banyak sekali kata yang ingin diucapkan.
Mendiamkan diri saat banyak sekali yang mesti dikoreksi, saat berbeda pendapat, saat merasa benar.
Sulit? ya pasti sulit
Tapi diam itu emas
Walau banyak yang salah mengartikan
Diam itu artinya tidak tahu, tidak mengerti, atau tidak tertarik
Padahal ketika diam adalah saat
untuk...
Tunggu,
Menunggu hingga benar selesai apa yang ingin disampaikan
Menunggu hinga benar jelas duduk perkara suatu persoalan
Menunggu sembari menyusun kata-kata yang akan dilontarkan,
terlebih lagi saat menunggu kita bisa
Dengar
Dengarlah kata perkata yang terucap
Dengarlah dengan itu kita telah membuka hati kita
Dengarlah dengan itu kita telah menyimak
Dengarlah dengan itu kita mengerti dan memahami
Dengarlah dengan itu kita terhidar dari salah paham
Karna itu, jangan buang waktu, tenaga, dan pikiran dengan berbicara tanpa henti
Karna itu, hanya kata-kata yang berkualitaslah yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
Karna itu, lebih banyak mereka yang terjebak justru pada kuantitas kata-kata namun semuanya tanpa makna
Karna itu, mulailah dari sekarang untuk
Diam, Tunggu, dan Dengar
AI
Langganan:
Postingan (Atom)