Aku tahu bahkan jika kamu diam
Tangis yang tertahan di pelupuk matamu
Aku bisa merasakannya
Bisa membuatku menangis juga
Walau aku tidak bergerak sedikitpun dari sini
Dan kamu semakin menjauh
Aku menjadi semakin salah
Kamu sepertinya menghapus aku
Dari duniamu
Walau tidak selalu membuatku nyaman
Namun tatapanmu selalu nanar
Menyalahkanku
Aku menjadi semakin salah
Membuatku ingin pergi
Lalu ketika aku benar-benar melihatmu menangis
Aku memandangimu dari jauh
Bingung
Pusing
Ada jarak antara kita
Ada perasaan bersalah
Dan tidak mau disalahkan
Lalu ketika aku menguatkan langkah ke arahmu
Cepat kau keringkan wajahmu dari air mata
Bilang tidak ada apa-apa
Padahal memang ada
Membuatku menjadi semakin salah
bias, itulah kiasan hati yang semakin kelabu..
BalasHapustangis dan rindu jadi selimut transparan namun bayangannya menjadi pudar..
hati tak kausa menahan kepiluan nya
mata tak kuasa melirik kesedihan itu
kaki mulai melangkah ke arah hamparan kebohongan, namun semakin pilu dimana keberadaan kebohongan itu
adakah jalan yang seirama antara hati dan pikiran itu
adakah partitur dinamik yang mampu mengalunkan nada indah cerita itu
adakah kebenaran di setiap jalan yang salah
adakah harapan dibalik kekeliruan makna
dan adakah sinar kehangatan yang terus melindungi dari kelabunya hati itu...
Sesungguhnya, perbahuri tinta lukisan hidup itu, jangan biarkan dia mengeras,
basuhlah wajah itu dengan ketulusan dan keterbukaan, jngan biarkan air muka nya menjadi keruh karena kucuran keringat keputusasaan,
karena salah muncul dari kedukaan hati yang terjerembab, hilangkan kerundungan dan kepiluan itu jangan buyarkan dengan "kelabu" (lagi),
jngan biarkan ia menggntikan posisi sinar kehangatan dan ketulusan dari kebenaran hati...
sungguh indahnya saat mata mencelak tanpa ada rasa bersalah dan kebohongan, dan saat hati sejuk pada bahtera nya..ya itu lah sebuah mahligai kasihsayang..
tidak ada yang tahu apa yang disembunyikan hati itu,
BalasHapusbahkan wajah tersenyum pun mungkin hanya sebuah bayang samar
apa yang benar-benar dirasakan hati itu?
mungkin tak kan pernah tumpah ruah
lalu cara apa menenangkan gulana?
yang ada hanya resah
lesung pipit simbol telaga keceriaan dan ia tak kan pernah berdusta dengan tuannya..
BalasHapusia mengeksperiskan percikan air setiap "batu" yg jatuh ke dalamnya..
kadang batu itu berbentuk bunga, kadang batu itu cekang..
ada irama setiap percikannya ada corak dalam setiap irama itu...
adakalanya, corak itu keruh,,,tapi iramanya tak pernah mengubah luasan "telaga" itu..
yaaah siluet hati yang menjadi cekang namun telaga itu berusaha tetap menjadi simbol..
kau mengenal hati itu jauh dari yang kau tau...
kau menanamkan hati itu jauh dari apa yang kau bayangkan..
hati itu akan menjejaki arah pikiran tuannya, jgn lah kau buyarkan ia memilih jalnnya
jgn lah kau beban kan ia dg ekspktsi yg kau tak tau apa yg akan kau curahkan...
letih...??
resah...??
protes dari eksptasimu
tp jngan jdikan ia bumerang tuk mu
tak penuh "telaga" itu jika sellu kau lemparkan batu cekang ke dalamnya...
kau hanya berwalang hati, tapi bukan dalih tuk merontokkan bunga yang hampir mekar itu...
"nutrisi" untuk mekarnya bunga itu yg kau butuhkan...
agar ia trus berjalan didekapan hati yang tentram,,
mnghilangkan penat dan keresahanmu...
tapi lesung pipit itu milik siapa?
BalasHapusdan mungkinkah telaga bagai cangkir yang tidak pernah kosong
jika ya,
setiap hari adalah siang terang benderang tanpa malam
namun, itu bukanlah yang membuat senja tampak indah di celah rintik air hujan
itu bukanlah yang membuat sepi menjadi benteng kokoh dari kebisingan
ketidaksempurnaan, rasa sedih
dan senyuman yang hadir setelah itu
adalah laksana air di padang pasir tandus
laksana nutrisi agar bunga mekar
setelah itu
mungkin susah datang lagi
namun gelap pasti berlalu
pasti
qi, liat posting-an aku yang dulu-dulu yah.. pilih aja di labelnya.. ok?ok? blog kamu aku belum nemu.
BalasHapus