Rabu, 09 Maret 2011

berita baik

Tak ada yang tau kapan ia datang
Mungkin tadi subuh atau mungkin sore kemarin
Yang jelas ia selalu membawa kabar gembira
Begitu gembiranya hingga tak ada yang sadar kadang ia kehabisan berita
Ia ucapkan apa yang ingin didengar
Dan ia sembunyikan apa yang buruk
Jangan sampai ada yang tahu betapa busuk kenyataan di balik senyumnya
Pastikan semua dapat yang mereka mau
Mobil mewah, uang jajan, liburan ke luar negeri
Semuanya
Hingga habis satu dunia untuk mentupi lubang yang sebenarnya bertambah besar, gelap, dan dalam.
Dan ketika ia pergi lagi besok pagi hari
Ia akan memulai lagi semuanya dengan ucapan bismillah
Apa malaikat akan memberikan toleransi dengan ucapan suci itu?
Karena solat seribu kali pun tak kan sanggup mengaburkan jati dirinya
Lalu ia berpura-pura lagi dengan menggunakan seluruh kepintarannya.
Ya, tentu saja dia pintar
Pintar bukan main
Ia ucapkan lagi segala kebaikan itu. Membuat tepuk tangan dan aliran pujian terus menerus menghujaninya
Jas hitamnya yang mahal menutupi peluh kebohongan di kemeja bermerk-nya
Hari ini ia akan berhadapan lagi dengan orang-orang bodoh
Mendapatkan keuntungan lagi dari mereka yang tampak dengan mudahnya menyumbang
Sumbangan panas itu masuk lagi kesakunya
Ia pun tersenyum lebar untuk ke seratus kali
Tatkala ia bayangkan senyum sumringah istri dan anak-anaknya di rumah
Ia akan pulang dengan saku penuh lagi
Yang bagi istri dan anaknya, sebuah berita baik
Selagi di hadapannya berkecamuk kemelaratan, kekerasan, kemerosotan moral
Ia tidak mendengar jeritan minta tolong
Yang ia dengar tawa dari perutnya yang buncit
Tanpa ia tahu seseorang di luar sana terseok-seok berjalan memulung sampah hanya untuk sesuap nasi
Dan ia sangat bangga akan dirinya
Seandainya malaikat di sampingnya mampu mengumpat. Mungkin telinganya sudah terbakar hangus
Namun malaikat pasti hanya menggeleng sambil terus mencatat setiap cuil pekerjaan yang menuntunnya terus hingga ke pintu gerbang
Ia tidak akan pernah tau
Sampai ia benar-benar berdiri di sana
Dan kemudian sadar berita baik itu adalah jembatan yang dibangunnya menuju neraka
Sayangnya, Tuhan masih saja begitu menyayanginya
Nyawanya tidak akan dicabut dalam waktu dekat ini
Jika ia bisa membiarkan mata hatinya melihat, banyak sekali kesempatan berserakan di hadapannya
Kesempatan untuk membelokan arah jembatan yang dibangunnya
Namun untuk berkali-kali kesempatan itu hanya ia jadikan alas untuk melindungi sepatu mahalnya dari becek kemiskinan
Lalu apakah ia cukup bahagia?
Hanya ia yang tahu jawabannya
Yang jelas ia masih saja si pembawa berita baik yang pintar dan bergelar
Tak tahu berapa banyak lagi kepura-puraan yang akan mengubah senyumnya tat kala Tuhan mengadili
Mungkin ia sudah lupa
Tuhan juga punya pengadilan
Dan saat itu tidak ada yang bisa membayar sang Hakim untuk membebaskannya
Namun tetap saja, sampai saat ini, taubat belum terdaftar dalam agenda kerjanya
Ia, si pembawa berita baik
Akan terus mempertahankan racun yang kini sudah hampir mencapai kerongkongannya
Racun yang akan mengeringkan isi lambung beserta organ-organ lainnya
Dan ketika ia bercermin
Akan terlihat bahwa tubuhnya tidak lebih dari tulang belulang rapuh yang penuh dosa
Namun ia tidak akan pernah bisa melihat itu
Ia hanya berharap Tuhan akan maklum dan mengasihaninya
Dan hari ini pun berakhir tanpa ada petunjuk baginya
Namun yang penting baginya adalah hari ini ia pulang dengan hati riang
Ia sampai di rumah…
Disambut dengan meja makan penuh dengan hidangan makan malam
Ia tersenyum lebar dan bersyukur akan hidup yang dipilihnya
Ia duduk di antara istri dan anaknya
Di hadapan semangkuk sup panas ia menunduk dan memulai makan malamnya dengan berdoa
Tuhan masih mau mendengarnya
Ia masih mau mengasihi makhluk abai itu
Namun si pembawa berita baik tidak menyadari betapa beruntung dirinya
Ia tidak tahu semakin lama ia berdiri di atas dustanya itu
Semakin cepat api menjalar sumbu yang akan menyulut kemarahan Tuhan
Di sisi lain begitu pula anak-anaknya
Yang tampak kuat dan muda padahal mereka lemah dan tidak bisa apa-apa
Mereka akan menangis senggukan ketika sampai padanya keadaan dimana harus mencari pekerjaan untuk bisa makan
Ia tidak akan pernah tau panasnya matahari
Dan tidak akan pernah tau bagaimana rasanya kelaparan
Yang ia lihat hanya dunia dalam gemerlapnya lampu disko
Malam ini pun begitu
Mobil mewah dan dompet tebal adalah dewa bagi mereka yang akan menggiring mereka menuju nikmat dunia yang sesat
Dan mereka tertawa keras untuk itu
Tanpa tahu merekalah justru yang sedang ditertawai setan
Mereka, si pembawa berita baik dan anaknya tak lebih hebat dari dua orang badut sirkus
Mereka lucu dan sangat menghibur
Dan mereka menikmati kehidupan mereka
Padahal tidak akan lama
Mereka akan terkapar di atas perahu oleng di tengah lautan merah api
Saat itu mereka mungkin menangis, bertekuk lutut, dan membenturkan jidad mereka ke tanah
Mereka memohon ampun pada Tuhan
Tuhan yang dulu mereka lupakan
Begitupula istrinya yang masih menawan di umur yang hampir mencapai empat puluh
Ya, tentu saja dia terlihat solehah dan beriman
Namun ia hanya suka berlian dan ia tak peduli yang lain
Lalu apa kata yang lain tentang itu semua?
Tentu saja mereka tambah tidak peduli
Dan mereka bertiga terus saja tertawa terbahak-bahak
Lalu hari itu pun datang
Saat si pembawa berita baik tak lagi membawa berita kesukaan anak dan istrinya
Mereka pun tercekik oleh tawa mereka sendiri
Terdiam melihat bagaimana nasib mereka menjadi bulan-bulanan saudara mereka sendiri
Lalu mereka meringkuk di dalam kamar sempit dan gelap
Menggigil dan ketakutan
Baru sadar bahwa mereka bukan apa-apa
Namun saat mereka menatap tanah yang mereka pijak, mereka kembali congak
Mereka menatap ke atas
Mereka pasti selamat
Lagi
Dan itu
Benar
Di sisi lain, Tuhan telah menunggu mereka
Di neraka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar